Postingan

Buncin (Budak Cinta)

Bucin (Budak Cinta) Dulu, aku berpikir bahwa dua kata, yaitu “Jatuh Cinta” terlalu menakutkan untuk menggambarkan kondisi orang yang sedang kasmaran. Kata Jatuh-cinta mengisyaratkan bahwa kondisi orang yang sedang kasmaran benar-benar lemah, tidak berdaya, begitu pasrah terhadap perasaannya. Dan kondisi itu benar adanya. Beberapa kali, aku menjadi saksi dari korban jatuh cinta. Mereka ibarat jatuh dari ketinggian puluhan meter. Mungkin lebih tinggi lagi. Sampai-sampai kondisinya begitu mengenaskan. Badan kurus tak terawat, wajah kusut, dan aku sempat berpikir jangan-jangan kandungan air dalam tubuhnya yang 70% itu, setengahnya sudah terurai menjadi cairan bening yang dalam waktu singkat telah berhasil membentuk danau buatan di pelupuk matanya. Pernah juga suatu malam, saat dinas di puskesmas. Satu keluarga dengan panik membawa putra mereka yang berusia dewasa ke puskesmas. Katanya, putranya itu sudah beberapa hari mengurung diri dalam kamar. Tak mau makan ataupun berinteraksi de
Menjawab Tanya Nur Qalbi “Memangnya sekarang masih ada orang yang baca buku?” tanya bibiku begitu melihat isi paket yang kuterima beberapa waktu lalu. “Masih, dong, Bun!” Aku menjawab pertanyaan itu dengan nada sedikit kecewa. Pertanyaan serupa yang dilontarkan bibiku sudah cukup sering kuterima. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa perkembangan teknologi informasi saat ini telah menghilangkan kebiasaan membaca buku. Mereka tidak tahu saja atau memang karena kurang memperhatikan deretan buku yang memenuhi toko-toko buku. Setiap harinya ada ratusan atau mungkin bahkan ribuan buku yang diterbitkan. Itu artinya peminatnya masih banyak. “Bunda pikir, anak-anak zaman sekarang hanya rajin membaca status di media sosial saja.” “Yah... Bunda tidak up to date sih, selain baca status orang, milenial sekarang juga rajin baca buku, bahkan mereka tidak kalah kok sama orang-orang yang hidup di zaman dunia maya belum ditemukan.” Aku menyudahi penuturanku lalu tersenyum bangga  saat menyerahk